Mencoba 'bersahabat’ dengan Yuki-Guni  



Taukah kamu, bahwa pulau Hokkaido dikenal dengan sebutan Yuki-Guni?



Dalam Bahasa Jepang, Yuki berarti salju dan Guni berarti negara / negeri (asal kata kuni, tetapi konsonan ‘k’ berubah menjadi ‘g’ ketika digabung dengan kata lain). Dengan kata lain, Yuki-Guni memiliki makna Negeri Salju. Kenapa Hokkaido bisa dijuluki Negeri Salju? Simple saja, karena memang banyak saljunya haha. Jika dibandingkan dengan wilayah Jepang lainnya, Hokkaido memiliki musim dingin terpanjang. Musim dingin di Hokkaido bisa dibilang hampir setengah tahun. Akhir bulan Oktober 2016 salju sudah turun dan kemungkinan salju akan ada sampai bulan April 2017.



Banyak yang bilang bahwa musim dingin di Hokkaido itu menyeramkan. Memang dalam sejarahnya, Kota Asahikawa (wilayah tengah Hokkaido) pada tanggal 25 Januari 1902 pernah mencapai suhu -41̊C dan tercatat sebagai suhu terendah di wilayah Jepang. Tetapi sepengetahuan saya, saat ini hampir tidak ada wilayah di Jepang yang sampai sedingin itu.



Di kota tempat saya tinggal, yaitu Kota Higashikawa, suhu terendah yang tercatat pada musim dingin 2015 adalah sekitar -25̊C. Bagi kita yang berasal dari negara tropis, tentu tidak bisa membayangkan bagaimana dinginnya -25̊C. Saya pernah bertanya kepada atasan di kantor, seperti apa rasanya -25̊C, beliau bilang “Seru loh, nanti kamu harus coba puter-puter handuk basah di suhu -25̊C, handuknya akan berubah jadi tongkat karena membeku haha”. Dan saya hanya bisa melongo membayangkan handuk basah yang menjadi tongkat hahaha. Jadi tidak sabar ingin bereksperimen dengan handuk basah 😄



Hingga saat ini, suhu terdingin yang pernah saya rasakan adalah -17̊C. Kalau ditanya rasanya seperti apa, saya bingung menjelaskannya. Sejujurnya, saya masih belum bisa merasakan bedanya ‘rasa dingin’ saat suhu -3 dan -17. Karena menurut saya, ya sama-sama dingin. Karena penasaran, akhirnya saya bertanya pada teman asal Kanada yang memang lahir dan besar di negara dengan 4 musim. Kata dia, yang beda itu seberapa cepat kita merasakan dingin. Hmmm penjelasannya mungkin agak sedikit susah ya. Jadi contohnya gini, kalau suhu -3, dingin biasanya baru dirasakan setelah 15 atau 30 menit berada diluar ruangan. Tetapi kalau sudah -17, begitu keluar ruangan, kita bisa langsung merasakan dinginnya. Setelah mengalami sendiri, memang beda loh rasanya! Selain itu, yang saya rasakan kalau suhu sudah dibawah -10, kulit muka rasanya langsung perih dan merah.



Sebelum saya datang ke Higashikawa, sebetulnya tidak terbayangkan bagaimana saya akan bertahan hidup di tengah-tengah tumpukan salju dengan suhu dibawah nol. Tetapi, saat orientasi program JET di Sapporo, senior JET memberikan informasi-informasi penting seputar musim dingin, apa yang harus dilakukan untuk menjaga badan tetap fit dan hal-hal lainnya agak kami dapat 'bersahabat' dengan musim dingin. Berikut adalah beberapa hal yang saya lakukan untuk mencoba ‘bersahabat’ dengan musim dingin.



1.    Tidak menghemat biaya gas dan minyak tanah

Flat tempat saya tinggal adalah bangunan lama (dibangun tahun 1993). Sehingga penghangat ruangan yang dipakai masih model lama, yaitu menggunakan minyak tanah. Flat teman saya yang modern, sudah menggunakan penghangat listrik yang eco energy. Minyak tanah tidak saya tuang sendiri, tetapi supply otomatis dari tanki yang ada di depan flat. Setiap bulannya, akan ada petugas yang datang untuk mengukur berapa banyak minyak tanah yang saya pakai. Sedangkan gas, digunakan untuk masak dan supply air panas. Pada prinsipnya saya tidak rela kedinginan hanya karena tidak mau biaya tagihan gas dan minyak tanah membengkak. Memang kaget sih kalo ngeliat tagihannya, tapi apa boleh buat, dari pada saya tidak bisa tidur nyenyak karena kedinginan di dalam kamar. Karena kalau kita sampai kedinginan dan sakit, tentu biayanya akan jauh lebih besar, bukan? Suhu kamar, saya setting agar stabil di suhu 20̊ - 24̊. Mandi, saya selalu pakai air hangat. Tidak kuat kalau harus mandi pakai air dingin haha. Kalau cuci piring, saya pakai air dingin biasa, tetapi saya pakai sarung tangan karet, supaya tidak terlalu dingin.

Penghangat Ruangan

2.    Menjaga Kelembapan  

Seharian berada di ruangan dengan panghangat sebetulnya tidak baik untuk tubuh. Penghangat membuat ruangan menjadi kering. Kalau sudah kering, dampaknya bisa kemana-mana. Tenggorokan sakit, kulit kering bahkan bisa sampai pecah-pecah. Nah, untuk menjaga kulit tetap lembab, saya pasti pakai lotion badan dan muka yang memiliki kelembapan tinggi, selalu pakai hand cream kalau kulit tangan sudah mulai terasa kering dan pakai lip balm. Sedangkan untuk mengatasi udara yang kering, saya memasang humidifier di kamar. Sebetulnya tidak harus punya humidifier. Untuk menjaga kelembapan udara, bisa juga dengan menyimpan air di ember kecil, lalu ditaruh di dekat penghangat ruangan. Tapi repotnya, kalau kesenggol dan tumpah, lagi pula tidak sedap dipandang ya kalau ada ember di tengah-tengah kamar haha. Cara lainnya adalah dengan menjemur pakaian basah di dalam kamar. Tetapi yang jadi kendala adalah saya tidak mencuci baju setiap hari. Dengan pertimbangan tersebut, akhirnya saya memutuskan untuk membeli humidifier. Itung-itung investasi buat kesehatan ;)


Humidifier





3.    Heat-tech, Down Jacket dan Sepatu Boots.



Down Jacket
Dari tiga benda yang saya sebut di atas, mungkin heat-tech dan down jacket agak sedikit asing di telinga ya. Kalau tidak salah heat-tech adalah teknologi yang awalnya dikembangkan oleh Uniqlo. Saya juga sebetulnya kurang mengerti bagaimana sistem heat-tech ini bekerja, secara mudahnya, baju dengan bahan heat-tech lebih hangat jika dibandingkan dengan baju-baju biasa. Setiap hari saya pakai 3 lapis, atasan dan bawahan heat-tech, baju kerja / baju biasa, lalu down jacket. Down jacket adalah jaket yang isinya bulu burung, biasanya bulu angsa. Down jacket memang harganya agak sedikit mahal. Mungkin karena repot harus nyopotin bulu angsa satu-satu haha. 


Bukan promo, cuma cntoh haha ;)

Selanjutnya adalah sepatu boots. Kaki saya tipe yang gampang sekali kedinginan. Kalau sudah kedinginan parah, biasanya kaki langsung baal. Tidak bisa merasakan apa-apa. Karena takut kena frostbite, saya memutuskan untuk membeli sepatu boots setinggi setengah betis yang mempunyai teknologi penyimpan hangat (ada sejenis lapisan alumunium di bagian sol) dan bagian bawahnya bergerigi. Kenapa boots harus sampai sebetis? Karena kalau salju menumpuk sampai 40 cm atau lebih dan sepatu hanya setinggi mata kaki, maka salju akan masuk ke dalam sepatu. Kalau salju sudah masuk ke sepatu, salju mencair dan kaki basah kedinginan. Oh iya, satu lagi, ketika membeli sepatu, yang wajib diperhatikan adalah bagian bawah. Bagian bawah sepatu harus bergerigi supaya tidak kepelset. Kalau salju baru turun, memang tidak begitu bahaya, tetapi kalau salju sudah mengeras menjadi es, akan sangat berbahaya. Meskipun sudah pakai sepatu yang bawahnya bergerigi, kalau berjalan di atas jalan yang sudah menjadi es, tetap harus berhati-hati. Bayangkan saja seperti sedang berjalan di atas ice skate ring, tetapi pakai sepatu biasa haha.



4.    Syal, Sarung Tangan dan Kaca Mata Hitam

Syal dan sarung tangan harus dipakai kalau keluar kantor / flat. Sedangkan kaca mata hitam sih optional saja. Kalau saya biasanya pakai, karena sejauh mata memandang semuanya putih mencolok, apalagi kalau cuaca sedang cerah. Yaaa sekalian juga, supaya terlihat kece haha.



5.    Bubble wrap

Pasti banyak yang bingung, apa kaitannya bubble wrap dengan musim dingin. Bubble wrap digunakan untuk melapisi kaca jendela, fungsinya untuk menahan udara dingin agar tidak masuk ke dalam kamar. Saya beli bubble wrap di toko satu harga dan langsung saya tempel di kaca jendela kamar. Ternyata bener loh! Udara di dalam kamar menjadi tidak begitu dingin ;)


Bubble wrap di Jendela kamar (baru setengah)





6.    Mizu-otoshi (mengeluarkan sisa air dalam pipa)

Bagi orang Jepang yang tidak tinggal di area Yuki-Guni, mungkin tidak begitu familiar dengan istilah mizu-otoshi. Mizu-otoshi adalah ‘ritual’ mengeluarkan sisa air dalam pipa haha. Kalau ada rencana meninggalkan rumah saat musim dingin di waktu yang cukup lama, maka mizu-otoshi harus dilakukan. Karena kalau tidak, air yang ada di dalam pipa akan membeku. Kalau sudah membeku, maka air tidak akan bisa mengalir dan kalau dipaksakan, pipa bisa bocor. Setiap tempat, cara dan lokasi tuas mizu-otoshi berbeda-beda. Pada dasarnya mizu-otoshi dilakukan dengan cara menutup pipa air lalu mengeluarkan sisa air di dalam pipa dengan membuka keran air. Kalau air sudah berhenti, berarti sudah tidak ada sisa air di dalam pipa. Untuk area Higashikawa, sebetulnya kalau masih awal musim dingin, tidak perlu dilakukan. Tetapi apabila suhu sudah dibawah -10, maka sebaiknya dilakukan. Mizu-otoshi biasanya hanya dilakukan di bangunan-bangunan lama. Karena di bangunan-bangunan baru, sudah ada sistem untuk menjaga agar air tidak membeku di dalam pipa.  



Sebetulnya masih banyak hal lain yang berkaitan dengan Yuki-Guni. Tetapi untuk sekarang segini dulu ya. Nanti dilanjut lagi …



Salam,



Fatty 😁

Comments