Persiapan Festival Shingen-Ko 2017

Oleh. F. Agustimahir 



Foto Pasukan Garuda Indonesia beserta Gubernur Yamanashi. 
Pembuka

Awal April bulan lalu, tepatnya tanggal 8 April 2017, Prefektur Yamanashi mengadakan hajatan besar, festival Shingen-Ko ke 46. Sebuah festival yang diadakan untuk memperingati sosok panglima perang di zaman Sengoku, Takeda Shingen. Pada tahun 2012 tercatat sebagai festival parade samurai terbesar di dunia dalam buku rekor Guiness berkat partisipasi oleh sekitar 1500 orang samurai.

Salah satu lokasi utama festival ini adalah kastil Kofu. Banyaknya pohon sakura yang ditanam di kastil ini, selalu menghiasi suasana festival Shingen-Ko dengan sakura yang bermekaran di awal April. 

Tahun ini adalah kali pertama ada satu regu yang diisi oleh samurai asing. Pasukan samurai asing itu adalah Pasukan Garuda Indonesia. Berkat perjanjian kerjasama antara Prefektur Yamanashi dan Garuda Indonesia, maka Garuda Indonesia mendapatkan hak istimewa untuk mengisi salah satu regu pasukan samurai. 


Pasukan Garuda Indonesia sedang beristirahat sambil menunggu upacara pelepasan.

Festival ini diselenggarakan oleh Organisasi Pariwisata Yamanashi, sebuah badan swasta yang bekerjasama dengan Pemerintah Prefektur yang berperan sebagai salah satu pemberi dana. Organisasi ini sendiri sebenarnya adalah sebuah badan yang dibentuk untuk kepentingan publik. Dalam bahasa Jepang disebut “公益社団法人 – Koueki Shadan Houjin” yang bisa diterjemahkan sebagai  ‘Badan Kepentingan Publik’. Ada undang-undang khusus untuk mengatur tata kelola jenis organisasi ini. 

Tenang, saya tidak akan bercerita tentang undang-undang tersebut. 

Berhubung Divisi Pertukaran dan Pariwisata Global tempat saya bekerja saat ini ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan festival, kali ini saya akan berbagi tentang beberapa persiapan terkait. 

H-2 (6 April 2017) 

Perwakilan dari beberapa divisi yang ada di Dinas Pariwisata wajib hadir untuk ikut rapat di hari ini karena merupakan rapat terakhir sebelum pelaksanaan. 


Suasana rapat.

Pada rapat ini, saya menerima satu bundel ‘Petunjuk Pelaksanaan bagi Pegawai – Festival Shingen-Ko ke-46’ dengan total 46 halaman. Beberapa keterangan yang tertera di dalamnya adalah susunan acara, denah kegiatan, dan ringkasan data mulai dari periode pertama. 


Bundel ‘Petunjuk Pelaksanaan bagi Pegawai – Festival Shingen-Ko ke-46’.

Di dalam susunan acara, tercantum jadwal rinci pelepasan setiap pasukan. Untuk Pasukan Garuda Indonesia, dijadwalkan untuk berkumpul di halaman kantor Prefektur pada pukul 15:45, mulai berjalan ke Kastil Kofu untuk upacara pelepasan pada 16:01, dan mulai berpawai dari Kastil Kofu pada pukul 18:02. Sebagai gambaran, pawai pada tahun ini diikuti oleh 38 regu pasukan dengan rata-rata sekitar 40 orang di tiap regunya. Dan pada pelaksanaanya pun bisa berjalan sesuai dengan jadwalnya! Salut!

Pada denah lokasi, dicantumkan keterangan-keterangan rinci lainnya. Seperti, jam buka-tutup jalan dan zona khusus peserta pawai; jumlah,titik, dan wewenang petugas di zona utama; serta alur pawai lengkap dengan keterangan titik pengambilan kuda untuk setiap jendral dan titik pelepasan oleh Panglima Takeda Shingen. 

Bagi saya, yang paling menarik dari bundel panduan ini adalah satu halaman kumpulan data jumlah penonton, tanggal dan jam penyelenggaraan, aktor/tokoh pemeran Panglima Takeda Shingen, lokasi upacara pelepasan pasukan, serta cuaca sejak acara ini diselenggarakan pada tahun 1970. 

Berdasarkan data tersebut, tahun 2000 adalah tahun dengan jumlah penonton terbanyak, yaitu sekitar 257.000 orang. Lokasi upacara pelepasan pasukan dilaksanakan di Kastil Kofu (yang disebut juga sebagai Kastil Maizuru) sebanyak 30 kali dan sisanya di stasiun Kofu. 

Selain itu, tercantum juga keterangan bahwa pada tahun 1976 dan 2011 festival ini tidak diselenggarakan karena krisis minyak dan bencana Jepang timur. 

Data tentang cuaca pada hari-H mulai dicatat sejak penyelenggaraan ketiga, tahun 1972. Ternyata cuaca cerah cukup dominan pada festival ini, yaitu sejumlah 26 kali. Selain itu hujan 6 kali, pernah juga badai musim semi 1 kali, serta salju 1 kali, dan beberapa keterangan cuaca lainnya.

Catatan mengenai cuaca menjadi sangat menarik karena ada ketetapan bahwa pawai tidak akan dibatalkan dalam cuaca apapun kecuali kondisi darurat.

Sebagai contoh, dalam kondisi hujan, alarm peringatan untuk wilayah Kofu akan berbunyi ketika curah hujan mencapai 25mm/jam. Acara akan dihentikan ketika memasuki curah hujan lebih dari 40mm/jam. Hal ini tercantum juga di dalam buku panduan.

Sayang, rincian panduan itu tidak boleh saya unggah karena itu hanya untuk kalangan dalam. 

Di akhir rapat, pimpinan rapat mengatakan hal berikut. 

“Setiap tahunnya ada pegawai yang baru masuk ke Dinas Pariwisata, atau baru pertama kali ikut terjun ke dalam penyelenggaraan festival ini. Pada hari H, belum tentu kita bisa berkomunikasi dengan mudah, jadikanlah panduan yang anda pegang saat ini sebagai dasar dalam pengambilan keputusan di lokasi nanti. Oleh karena itu sejauh tidak ada kondisi darurat, anda bisa mengambil keputusan sendiri.”, 

Sebuah penutup rapat yang tepat. Mendelegasikan tugas dan wewenang dengan baik. 

H-1 (7 April 2017)

Salah satu kegiatan para pegawai Dinas Pariwisata pada hari ini adalah memeriksa lokasi aktual serta waktu tempuh dari rute yang telah ditetapkan. Hal ini dilakukan karena ada yang memiliki tugas sebagai pendamping pasukan samurai yang beberapa pasukan memiliki rute pawai serta kegiatan yang berbeda. 

Memeriksa waktu tempuh yang dibutuhkan. Lokasi foto di Kastil Kofu. 

Contohnya, Pasukan Garuda Indonesia. Pasukan ini diberikan hak khusus untuk tidak menghadiri upacara penutupan pawai. Sehingga di akhir pawai tidak pulang ke Kastil Kofu, melainkan ke kantor Prefektur Yamanashi. Selain itu, pasukan ini pun tidak perlu melakukan atraksi ketika memasuki wilayah kantor kota Kofu. 

Selain itu, beberapa pegawai juga ada yang bertugas untuk menempelkan pamflet larangan parkir serta pamflet keterangan waktu area yang akan digunakan khusus oleh peserta pawai. 

Para pegawai Dinas Pariwisata menggunakan jaket panitia berwarna hijau. Lokasi foto di sekitar Kantor Kota Kofu.

Memang tidak banyak yang dilakukan di hari ini, tapi kegiatan memeriksa lokasi langsung seperti ini turut membantu lancarnya kegiatan. 

Penutup

Jika dicermati, beberapa hal yang menyebabkan kegiatan ini berjalan lancar adalah perencanaan yang rinci, kepatuhan pada panduan yang telah disepakati bersama, serta sikap tepat waktu. Bagi saya pribadi, persiapan-persiapan ini adalah bukti keseriusan pihak pemerintah dalam mengembangkan wisata daerah. Memang perlu diacungi jempol. 

Pada Maret 2016, Pemerintah Jepang memutuskan untuk melipatgandakan target kunjungan wisatawan tahun 2020 dari semula 20 juta menjadi 40 juta. Hal itu disebabkan oleh pencapaian kunjungan wisatawan pada tahun 2015 yang mencapai angka 19,7 juta. Dan berhasil mencapai angka 24 juta wisatawan pada tahun 2016. 

Indonesia sendiri merupakan salah satu pangsa pasar yang sangat diminati oleh Jepang. Berbagai promosi dan kemudahan ditawarkan kepada wisatawan Indonesia. Kunjungan wisatawan Indonesia pada Januari 2017 mengalami kenaikan 64,1% menjadi 22.539 wisatawan dari periode yang sama tahun sebelumnya. Kenaikan tertinggi kedua setelah Malaysia yang mencapai 73,9%. Menarik bukan? 

Melihat angkat tersebut, tadinya saya ingin menulis tentang perbandingan dengan kunjungan wisatawan Jepang ke Indonesia, tapi sayangnya, yang ini saya masih sulit cari datanya. Tapi saya yakin pemerintah Indonesia pun berusaha untuk meningkatkan kunjungan wisatawan asing. 

Jadi, saya akan mencoba berbagi tentang beberapa alasan pemilihan Indonesia dan negara di sekitarnya sebagai pangsa pasar di kesempatan berikutnya. 

Salam. 









Extra
"Pak, nanti kalau kesini lagi saya nitip jengkol ya. Kalau boleh itu juga. 😜"

Comments